Museum Budaya Sultan Badaruddin
Alamat : Jl. Rumah Bari No. 3 Palembang
Bangunan dengan padupadan gaya Eropa dan tradisional rumah limas khas Palembang ini masih tampak kokoh berdiri, tak jauh dari Sungai Musi, dan dekat kawasan Benteng Kuto Besak. Didirikan pada 1823 dan selesai 1825 di masa pemerintahan kolonial Belanda. Bangunan dua lantai ini berfungsi sebagai rumah dinas residen Belanda.
Dari sekian banyak ruang pamer di museum tersebut, total keseluruhan koleksinya ada 566 buah, dengan rincian arkeologika sebanyak 10 buah, etnografika sebanyak 209 buah, numismatika ada 173 buah, biologika 15 buah, keramalogika 117 buah, seni rupa 6 buah, filologika 9 buah, dan historika 23 buah.
Seluruh koleksi merupakan cerminan sejarah Palembang dari masa ke masa. Termasuk di dalamnya terdapat Gelumpai, yakni naskah kuno ditulis dengan huruf 'ULU' di atas potongan bambu. Arca Buddha Siguntang yang bernilai budaya luhur juga menarik untuk disaksikan.



























































































































Telah berpulang, Bapak Gathut Dwi Hastoro, Ketua AMIDA DKI Jakarta "Paramita Jaya", pada Selasa, 29 Maret 2016 sekitar pukul 21.10 WIB. Beliau yang juga lama mengabdi sebagai Ketua UPK Kota Tua Jakarta merupakan sosok pejuang dan pengabdi permuseuman Indonesia.
Keluarga permuseuman Indonesia kembali kehilangan. Salah satu pejuang museum yang selama ini dikenal berdedikasi dalam mengelola Museum Kereta Api Ambarawa, Tri Prastiyo, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa pada April 2016.
Alangkah terharunja hati saja tatkala saja mengundjungi suatu museum di Mexico-city. Museum itu ialah museum Sedjarah Perdjoangan Nasional Mexico. Saja terharu
Pada galibnya, kita serupa dengan museum. Aku juga terpanggil mempersembahkan karya masterpiece dalam sentuhan modern.
Media sederhana ini merupakan bagian dari pelaksanaan program dan agenda Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat yang bermuara pada satu sasaran utama, yakni pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building) sebagai landasan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, semulia cita-cita para founding father.