TUTUR LUHUR
Ir. Soekarno
Alangkah terharunja hati saja tatkala saja mengundjungi suatu museum di Mexico-city. Museum itu ialah museum Sedjarah Perdjoangan Nasional Mexico. Saja terharu, tidak hanja oleh karena tiap hal di museum itu tersusun amat rapih dan bermutu-kesenian tinggi, akan tetapi oleh karena saja, tatkala hendak keluar dari museum itu, tertarik oleh kata-kata salam perpisahan jang dituliskan pada gerbang-penutup daripada museum itu. Pada waktu itu, saja minta kepada anggota-anggota rombongan saja, supaja memperhatikan djuga kata-kata jang indah dan berma'na dalam itu.
Bunjinja sebagai berikut :
"We leave the museum behind, but not history, because history continues with out life. The motherland is a continuity, and we are all labourers tolling for its greatness. Out of the past we receive the strength required for the present, out of the past we receive the purpose and the recouragement for the future. Let us then realise the responsibilities for freedom, in order to deserve more and more the honour of being Mexico".
Terdjemahannja adalah sebagai berikut :
"Kita meninggalkan museum, akan tetapi tidak meninggalkan sedjarah, oleh karena sedjarah berdjalan terus dengan penghidupan kita. Tanah tumpah darah merupakan suatu kelangsungan, dan kita semua adalah karyawan jang bekerdja untuk kebenarannja. Dari zaman lampau kita menerima kekuatan jang dibutuhkan untuk semua sekarang, dari zaman lampau kita menerima niat dan dorongan buat hari depan. Marilah kita menjadari rasa tanggung-djawab jang bersangkutan dengan kemerdekaan, agar kita makin patut menerima kehormatan bernama warga bangsa Mexico".
(Sumber : Kutipan Pidato Bung Karno 17 Agustus 1961 yang berjudul 'RESOPIM')



























































































































Telah berpulang, Bapak Gathut Dwi Hastoro, Ketua AMIDA DKI Jakarta "Paramita Jaya", pada Selasa, 29 Maret 2016 sekitar pukul 21.10 WIB. Beliau yang juga lama mengabdi sebagai Ketua UPK Kota Tua Jakarta merupakan sosok pejuang dan pengabdi permuseuman Indonesia.
Keluarga permuseuman Indonesia kembali kehilangan. Salah satu pejuang museum yang selama ini dikenal berdedikasi dalam mengelola Museum Kereta Api Ambarawa, Tri Prastiyo, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa pada April 2016.

Pada galibnya, kita serupa dengan museum. Aku juga terpanggil mempersembahkan karya masterpiece dalam sentuhan modern.
Media sederhana ini merupakan bagian dari pelaksanaan program dan agenda Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat yang bermuara pada satu sasaran utama, yakni pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building) sebagai landasan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, semulia cita-cita para founding father.