Museum Pers Nasional
Jl. Gajah Mada No. 59 Surakarta
Telp. : (0271) 716008,
Faks : (0271) 712734
Soemanang, Soedarjo Tjokrosisworo, BM. Diah serta para jurnalis lainnya, pada tahun 1940-an berinisiatif mengadakan kongres di Solo, tepatnya di Gedung Sositet Sasono Suko, Mangkunegaran, pada tahun 1940-an. Kongres ini berhasil membuahkan keputusan untuk mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), yang kemudian terealisasi pada tanggal 9 Februari 1946. Tanggal tersebut hingga kini tetap dipakai sebagai tonggak peringatan kelahiran PWI yang lebih dikenal sebagai Hari Pers Nasional. Sedangkan Gedung Sositet Sasono Suko saat ini difungsikan sebagai Monumen dan Museum Pers Nasional.
Museum yang diresmikan Presiden Soeharto pada 8 Februari 1978 dibawah Yayasan Pengelola Sarana Pers ini adalah ‘mesin waktu’ untuk melihat keadaan Indonesia sejak zaman kolonial. Museum Pers Nasional menyimpan berbagai naskah dan dokumen kuno yang menjadi bukti perjalanan pers ketika penjajahan Belanda, Jepang, hingga kemerdekaan dapat diraih oleh bangsa Indonesia. Perpustakaan museum ini memiliki lebih dari 13.000 koleksi berupa buku, naskah, dokumen, dan juga majalah kuno seperti Tjahaja India yang terbit pada tahun 1913 dan Sinpo terbit tahun 1929. Selain mendokumentasikan media cetak, museum ini juga menyimpan kamera kuno, pemancar radio saat perang kemerdekaan, koleksi foto, serta mesin ketik kuno yang dipakai pers pada masa lalu lengkap dengan seragam kerja mereka.



























































































































Telah berpulang, Bapak Gathut Dwi Hastoro, Ketua AMIDA DKI Jakarta "Paramita Jaya", pada Selasa, 29 Maret 2016 sekitar pukul 21.10 WIB. Beliau yang juga lama mengabdi sebagai Ketua UPK Kota Tua Jakarta merupakan sosok pejuang dan pengabdi permuseuman Indonesia.
Keluarga permuseuman Indonesia kembali kehilangan. Salah satu pejuang museum yang selama ini dikenal berdedikasi dalam mengelola Museum Kereta Api Ambarawa, Tri Prastiyo, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa pada April 2016.
Alangkah terharunja hati saja tatkala saja mengundjungi suatu museum di Mexico-city. Museum itu ialah museum Sedjarah Perdjoangan Nasional Mexico. Saja terharu
Pada galibnya, kita serupa dengan museum. Aku juga terpanggil mempersembahkan karya masterpiece dalam sentuhan modern.
Media sederhana ini merupakan bagian dari pelaksanaan program dan agenda Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat yang bermuara pada satu sasaran utama, yakni pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building) sebagai landasan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, semulia cita-cita para founding father.