Museum Pusat TNI-AD Dharma Wiratama
Kepala Museum : Letnan Kolonel Caj Drs. Khafidzin Widodo
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No. 75 Gondokusumo Yogyakarta 55233
Telp. : (0274) 561417 Faks: (0274) 561417
Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Gagasan pendirian Museum TNI AD Dharma Wiratama ini berawal dalam lingkungan Sejarah Militer AD (SMAD) yang berencana untuk membangun sebuah museum yang akan digunakan untuk menampung benda-benda koleksi perjuangan TNI AD. Dengan pertimbangan bahwa museum TNI AD mempunyai tugas, fungsi dan peranan sebagai bagian dari Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat (DISJARAHAD) dengan sasaran mewariskan nilai-nilai perjuangan para pahlawan, khususnya TNI.
Kemudian Sejarah Militer Angkatan Darat menjalin kerja sama dengan perintis Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional. Dan hal tersebut direstui oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX dengan dianjurkannya menggunakan sebagian tanah komplek Ndalem Brontokusuman 24 (yang kemudian disebut Museum Perjuangan Yogyakarta). Museum berdiri pada tanggal tanggal 8 September 1959 dan disahkan oleh Kasad dengan Surat Keputusan No. 760/9/1959
Pada tanggal 17 Juni 1968 lokasi museum ini dipindahkan ke bekas kediaman resmi Pangsar Jenderal Soedirman di Jl. Bintaran Wetan no 3, Yogyakarta. Kemudian terkait dengan kemajuan perjuangan TNI AD yang harus diabadikan dalam museum, maka tempat tersebut lebih tepat difungsikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman. Sedangkan gedung baru yang direncanakan sebagai Museum Pusat TNI AD adalah bekas Benteng Vredeburg di Jl. A. Yani No. 6. Tetapi karena Benteng Vredeburg dipandang lebih tepat untuk dikelola oleh Depdikbud, maka pilihan terakhir jatuh pada Gedung Markas Korem 072/Pamungkas di Jl. Jenderal Soedirman 75. Penggunaan gedung ini dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam gedung tersebut.
Setelah mendapat persetujuan Kasad, maka dikeluarkanlah surat perintah kepada Pangdam VII/Diponegoro agar menyerahkan gedung tersebut untuk dimanfaatkan sebagai Museum Pusat TNI AD. Berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. Skep/547A/l/1982, tanggal 17 Juli 1982 museum pusat TNI AD disahkan. Kemudian pada tanggal 30 Agustus 1982 diresmikan oleh Kepala Staf TNI-AD Jenderal Poniman dengan nama Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama. Dharma Wiratama yang berarti pengabdian luhur yang telah disumbangkan oleh prajurit TNI AD di bidang Hankam baik berupa senjata maupun amal baktinya di bidang non Hankam kepada Negara.
Museum ini menyimpan 4289 koleksi dengan koleksi utama berupa senjata berat dan ringan, pakaian TNI-AD beserta kelengkapannya, panji-panji TNI-AD, lukisan dan tanda jasa serta piagam penghargaan.
Fasilitas :
Gedung Pertemuan ( aula )
Tempat Parkir
Mushola
Kamar Mandi + WC
Taman
Kantin
Waktu operasional
Hari Senin - Jumat pukul : 07.30 –15.00 WIB
Hari Sabtu, Minggu dan Hari libur : 08.00 –14.00 WIB
Biaya tiket masuk :
Sukarela



























































































































Telah berpulang, Bapak Gathut Dwi Hastoro, Ketua AMIDA DKI Jakarta "Paramita Jaya", pada Selasa, 29 Maret 2016 sekitar pukul 21.10 WIB. Beliau yang juga lama mengabdi sebagai Ketua UPK Kota Tua Jakarta merupakan sosok pejuang dan pengabdi permuseuman Indonesia.
Keluarga permuseuman Indonesia kembali kehilangan. Salah satu pejuang museum yang selama ini dikenal berdedikasi dalam mengelola Museum Kereta Api Ambarawa, Tri Prastiyo, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa pada April 2016.
Alangkah terharunja hati saja tatkala saja mengundjungi suatu museum di Mexico-city. Museum itu ialah museum Sedjarah Perdjoangan Nasional Mexico. Saja terharu
Pada galibnya, kita serupa dengan museum. Aku juga terpanggil mempersembahkan karya masterpiece dalam sentuhan modern.
Media sederhana ini merupakan bagian dari pelaksanaan program dan agenda Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat yang bermuara pada satu sasaran utama, yakni pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building) sebagai landasan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, semulia cita-cita para founding father.