Museum Rumah Adat Baanjuang
Jl. Cindur Mato, Bukit Tinggi
Telp : (0752) 21029
Museum ini didirikan oleh seorang Belanda yang bernama Mr. Mondelar Countrolleur pada tanggal 1 Juli 1935, berbentuk bangunan berupa rumah tradisional yang memiliki anjuang kiri dan kanan. Hampir semua bahan bangunan masih terlihat ketradisionalannya, seperti atap bangunan dari ijuk, dinding kayu/bambu serta berlantai kayu.
Museum ini didirikan dengan tujuan untuk menghimpun benda-benda sejarah dan budaya Tanah Minang. Dulunya museum ini bernama Museum Bundo Kanduang kemudian sesuai dengan Perda Kota Bukittinggi No. 5 tahun 2005 maka berganti nama menjadi Museum Rumah Adat Baanjuang. Luas bangunannya ialah 2798 m2.
Kebanyakan koleksi Museum Rumah Adat Baanjuang ini termasuk dalam kategori etnografika, numismatika, binatang yang diawetkan, dan sebagainya. Menariknya, museum ini juga menyimpak awetan binatang dengan kondisi fisik langka, sebagaimana koleksi yang dipajang di vitrin, terdapat kerbau berkepala dua, berkaki delapan, hingga kambing yang bermuka dua. Tersimpan juga koleksi miniatur rumah gadang, surau, rumah makan, yang kesemuanya amat menarik perhatian, dikarenakan rumah-rumah tradisional tersebut ternyata kian makin sulit ditemukan di Tanah Minang.



























































































































Telah berpulang, Bapak Gathut Dwi Hastoro, Ketua AMIDA DKI Jakarta "Paramita Jaya", pada Selasa, 29 Maret 2016 sekitar pukul 21.10 WIB. Beliau yang juga lama mengabdi sebagai Ketua UPK Kota Tua Jakarta merupakan sosok pejuang dan pengabdi permuseuman Indonesia.
Keluarga permuseuman Indonesia kembali kehilangan. Salah satu pejuang museum yang selama ini dikenal berdedikasi dalam mengelola Museum Kereta Api Ambarawa, Tri Prastiyo, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa pada April 2016.
Alangkah terharunja hati saja tatkala saja mengundjungi suatu museum di Mexico-city. Museum itu ialah museum Sedjarah Perdjoangan Nasional Mexico. Saja terharu
Pada galibnya, kita serupa dengan museum. Aku juga terpanggil mempersembahkan karya masterpiece dalam sentuhan modern.
Media sederhana ini merupakan bagian dari pelaksanaan program dan agenda Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat yang bermuara pada satu sasaran utama, yakni pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building) sebagai landasan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, semulia cita-cita para founding father.