Pekan Literasi Asia Afrika di Museum KAA Bandung:
Merawat Budaya Baca Indonesia
Kota Bandung yang bersejarah belum lama dikunjungi kembali oleh Ketua Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana. Kehadirannya bersama Direktur Eksekutif AMI, Waluyono, di kawasan yang memiliki berbagai situs historis yang penting bagi perjalanan bangsa Indonesia ialah sehubungan dengan diadakannya Pekan Literasi Asia Afrika di Museum Konperensi Asia Afrika pada tanggal 14 – 16 Februari 2015. Selain turut memberikan pengantar dalam memaknai kegiatan yang bertujuan menggaungkan budaya baca serta kecintaan pada museum ini, Ketua Umum AMI juga melakukan silaturahmi dengan para penggiat permuseuman, stakeholders dari pejabat diplomat RI serta negara sahabat, jajaran Pemerintah Kota Bandung, serta generasi muda Bandung yang dikenal sarat kreativitas dan prestasi.
Ketua Umum AMI memberikan sambutan dalamPembukaan Pekan Literasi Asia Afrika 2015
Ketua Umum AMI telah melakukan beberapa perjalanan silaturahmi ke Kota Kembang yang memiliki berbagai museum dengan aneka koleksi edukatif tersebut. Sebelumnya kunjungan dilakukan pada tahun 2014 guna bertatap muka sekaligus berdialog perihal upaya pengembangan permuseuman bersama pengurus Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) Jawa Barat, yang membuahkan hasil peneguhan komitmen serta semangat sinergi untuk selalu memperhatikan, merawat dan membangun permuseuman Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat.
Dalam sambutannya, Ketua Umum AMI mengungkapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah peduli bagi kemajuan permuseuman di Jawa Barat, di antaranya Pemda Jabar, Pemkot Bandung, para pengelola museum, kalangan akademisi, masyarakat, serta komunitas generasi muda yang turut berperan melalui kegiatan kreatif di museum-museum. "Semangat ini harus terus digaungkan untuk mencapai visi kita bersama, yakni Museum sebagai Rumah Abadi Kebudayaan, Rumah Tertinggi Peradaban. Semangat itu pula yang menjadi api upaya kita dalam mewujudkan Indonesia 2020 Negeri Seribu Museum, dan Indonesia sebagai Negeri Sejuta Museum pada tahun 2045," ujarnya.
Pembukaan Pekan Literasi Asia Afrika dilangsungkan di Auditorium Utama Museum KAA, tempat penuh sejarah lahirnya Dasasila Bandung |
Thomas Ardian Siregar selaku Kepala Museum Asia Afrika mengungkapkan, Pekan Literasi Asia Afrika yang mengusung tema 'Mengenal Asia Afrika melalui Membaca' ini menampilkan koleksi-koleksi buku sejarah mengenai perjuangan negara-negara Asia Afrika dalam mengukuhkan kesetaraan dan kemerdekaan, termasuk dokumentasi historis terkait peristiwa Konferensi Asia Afrika yang menjadi salah satu tonggak penting kehadiran peran Indonesia di mata dunia. "Kami juga mengundang 17 penerbit buku yang tergabung dalam Keluarga Besar IKAPI Jawa Barat guna menghadirkan buku-buku terpilihnya. Selain pameran dan bazaar buku, kami juga menghadirkan agenda edukasi melalui seminar dan bedah buku yang menampilkan narasumber mumpuni, termasuk juga pemutaran film," paparnya.
Suasana Pembukaan Pekan Literasi Asia Afrika 2015 |
Sementara itu, Ketua IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Daerah Jawa Barat, H. Anwaruddin, menegaskan pentingnya budaya baca di masyarakat. "Dengan membaca kita tidak hanya mendapatkan informasi dan pengetahuan, melainkan membuka kesadaran kita atas berbagai situasi yang telah dan tengah terjadi di sekitar kita. Membaca harus dilestarikan oleh semua kalangan, dan dipupuk sejak dini untuk mewujudkan generasi bangsa yang cerdas," ungkapnya seraya menambahkan peran IKAPI sebagai wadah yang menampung kreativitas literasi berbagai kalangan.
Beberapa Koleksi Buku yang dipamerkan |
Dalam acara hadir pula Duta Besar Indonesia, Nur Syahrir Rahardjo, yang memberikan sambutan mewakili Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu RI. Menurutnya, bahasa dan sastra, yang merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang kaya serta beraneka ragam, selama ini telah menjadi media diplomasi Indonesia di mata dunia.
Ketua Umum AMI menyerahkan buku terbitan salah satu museum di Indonesia
|
"Kita memiliki berbagai penulis yang karya-karyanya telah diapresiasi di berbagai negara. Buku-buku mereka juga menginspirasi tumbuhnya kehidupan yang setara dan berkemanusiaan, hingga layak meraih berbagai penghargaan internasional. Hal ini harus terus didukung, agar budaya literasi kita tumbuh menjadi lebih berprestasi, diapresiasi dan membanggakan," ujarnya.
Hal senada pun diungkapkan oleh Ketua Umum AMI. "Budaya literasi mendorong kita untuk membaca karya-karya tulis dan mengapresiasinya dalam berbagai bentuk kreativitas lainnya. Budaya literasi juga dapat bermakna yang lebih mendalam, yaitu membaca dan memahami masa silam, menuliskannya secara penuh empati sebagai penyikapan atas kekinian, untuk mewujudkan lembaran masa depan yang lebih gemilang. Di sinilah juga peran penting dari museum, sebagai wahana yang memuliakan warisan kebudayaan serta peradaban masa silam, untuk terus membuka diri dan hadir secara utuh sebagai institusi yang merangkul berbagai kalangan masyarakat, agar berbagai pihak memperoleh manfaat keberadaan museum seluas-luasnya, demi tumbuhnya generasi Indonesia yang cerdas dan berkepribadian unggul," tambah Putu Rudana.
Ketua Umum AMI bersama Kepala Museum Konperensi Asia Afrika, Ketua IKAPI Jawa Barat dan Duta Besar RI
|
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia juga berkesempatan memberikan tanda mata berupa buku terbitan salah satu museum di Indonesia yang merangkum koleksi serta nilai-nilai sejarah maupun filosofis yang terkandung di dalamnya. Buku tersebut disertakan kepada Perpustakaan Museum Konperensi Asia Afrika, Ketua IKAPI Jawa Barat serta Duta Besar Indonesia mewakili Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
ARTIKEL TERKAIT :