Anjangsana Ketua Umum AMI
MENGUNJUNGI MUSEUM LA GALIGO, MEMAKNAI SEJARAH NUSANTARA
Serangkaian lawatan ke provinsi Sulawesi Selatan guna mengukuhkan AMIDA wilayah Sulawesi dan FGD Museum di kota Makassar, jajaran pimpinan pusat Asosiasi Museum Indonesia berkesempatan pula mengunjungi Museum La Galigo di kota Makassar. Pada kunjungan tersebut, Ketua Umum AMI Pusat, Putu Supadma Rudana, bersama jajaran Direktorat Eksekutif menyaksikan secara langsung persiapan di Museum La Galigo yang akan menjadi tuan rumah dalam kegiatan pameran bersama.
Adapun pada pameran bersama nanti akan dihadirkan warisan-warisan budaya bangsa yang adiluhung. Pada kunjungan Ketua Umum AMI kali ini juga berkesempatan menyapa langsung siswa siswi yang berkunjung ke museum. Putu Rudana juga mendengarkan berbagai masukan dan apresiasi dari pengunjung terhadap perkembangan permuseuman ke depan.
Museum La Galigo merupakan museum provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di kota Makassar. Museum ini didirikan pada tanggal 1 Mei 1970. Museum La Galigo ini memiliki koleksi yang terdiri atas koleksi prasejarah, numismatik, keramik, sejarah, naskah dan etnografi. Koleksi etnografi terdiri atas berbagai jenis hasil tehnologi, kesenian, peralatan hidup, serta benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.
La Galigo Nan Bersejarah
Menelisik perjalanan dan kurun waktu yang dilaluinya, terdapat periode-periode penting dalam sejarah berdirinya Museum La Galigo. Kehadiran Museum La Galigo yang merupakan museum Provinsi Sulawesi Selatan juga tidak dapat dilepaskan dari sejarah keberadaan Benteng Rotterdam atau Benteng Ujungpandang.
Asal mula Museum La Galigo diawali dengan didirikannya Celebes Museum oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1938 yang saat itu berkuasa di Kota Makassar yang merupakan kota Gouvernement Onderhorigheden, Pemerintah Sulawesi dan taklukannya. Pada masa tersebut, museum menempati salah satu bangunan dalam kompleks Benteng Rotterdam, tepatnya gedung yang merupakan bekas kediaman Gubernur Belanda Admiral C.J Speelman. Koleksi yang dipamerkan antara lain keramik, piring emas, destar tradisional Sulawesi Selatan, dan bebarapa mata uang.
Menjelang kedatangan Jepang di kota Makassar, Celebes Museum telah menempati dua gedung pamer yang terdapat di dalam Kompleks Benteng Rotterdam. Pada periode kedua, koleksi yang dipamerkan bertambah antara lain; peralatan permainan rakyat, peralatan rumah tangga seperti peralatan dapur tradisional, peralatan kesenian seperti, kecapi, ganrang bulo, puik-puik, dan sebagainya. Memasuki masa pendudukan Jepang, Museum Celebes terhenti sampai pembubaran Negara Indonesia Timur (NIT) dan selanjutnya pada tahun 1966 kalangan Budayawan merintis kembali pendirian museum dan diresmikan pada tanggal 1 Mei 1970 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Sulawesi Selatan No.182/V/1970 dengan nama Museum La Galigo.
Pada tanggal 24 Februari 1974 Direktur Jenderal Kebudayaan Departement Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. I. B. Mantra meresmikan gedung pameran tetap museum, kemudian pada tanggal 28 Mei 1979 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.093/0/1979 museum ini resmi menjadi "Museum La Galigo Provinsi Sulawesi Selatan" dan merupakan unit pelaksana teknis di bidang Kebudayaan, khususnya bidang Permuseuman. Selanjutnya di era Otonomi Daerah Museum La Galigo berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.166 tahun 2001, tanggal 28 Juni 2001 berubah nama menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan No.4 Tahun 2009 Tanggal 18 Februari 2009 sampai sekarang.
Jejak sejarah yang cukup panjang telah menorehkan kiprah Museum La Galigo dalam perjalanan panjang peradaban bangsa khususnya di Sulawesi Selatan. Memasuki era baru pasca revitalisasi, Museum La Galigo diharapakan menjadi lokomotif perubahan dalam khazanah peradaban bangsa khususnya di Sulawesi Selatan. Sehingga perannya sebagai media komunikasi informasi sejarah dan budaya, dapat memberikan dampak nyata terhadap terciptanya kesadaran masyarakat akan jati diri sejarah sekaligus sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya bangsa kita yang sangat beragam dan membanggakan.
Maju terus permuseuman Indonesia !