Audiensi AMI Pusat dan AMIDA dengan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan
Melanjutkan upaya Asosiasi Museum Indonesia (AMI) guna menyuarakan gagasan museum-museum di daerah, jajaran pengurus pusat AMI Pusat beserta Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) melakukan audiensi dengan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Ibu Wiendu Nuryanti di kantor Wamen, di kawasan Senayan, Senin, 14 Juli 2014.
Sebelum beraudiensi, dilakukan pula rapat kedua AMI Pusat dengan AMIDA yang dihadiri oleh Majelis Kehormatan AMI Rahmat Shah, Ketua Umum, Ketua III Djoko Budiono, Bidang Dana Dwi Cahyono yang juga Ketua AMIDA Jawa Timur, Kresno Yulianto, Gatut Dwihastoro Ketua Paramita Jaya (AMIDA DKI) beserta Sekretariat AMI Waluyono dan jajaran.
Dalam pertemuan pengurus tersebut dibahas tentang gagasan ke depan AMI sebagai organisasi mitra pemerintah satu-satunya dalam bidang permuseuman. Posisi AMI terbilang sangat strategis untuk menjembatani kepentingan anggota dengan segenap stakeholdernya, khususnya Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Dirjen Kebudayaan, sekaligus mengawal, mengawasi kebijakan-kebijakan di ruang publik, termasuk realisasi anggaran APBN guna pemberdayaan masyarakat dan pengembangan permuseuman.
Selanjutnya pada pukul 14.00, jajaran AMI Pusat beserta AMIDA melakukan audiensi dengan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Ibu Wiendu Nuryanti, dipimpin oleh Ketua Umum dan Majelis Kehormatan Bapak Rahmat Shah dan Dewan Pakar AMI Bapak Nunus Supardi. Audiensi tersebut bertujuan untuk membangun suatu formulasi yang utuh antara pemerintah dan AMI guna mewujudkan permuseuman yang maju, edukatif dan aspiratif bagi segenap masyarakat Indonesia.
Pada kesempatan itu, jajaran Asosiasi Museum Indonesia (AMI) menyampaikan aspirasi museum-museum di daerah kepada Wamenbud terkait upaya penyelenggaraan segala program permuseuman yang tepat guna, tepat sasaran, serta bermanfaat bagi perkembangan dan pengembangan permuseuman Indonesia yang berkesinambungan. Disampaikan pula, bahwa selama ini AMI beserta jajaran dan anggota-anggota museum di daerah telah melakukan segala bentuk penataan dalam hal organisasi demi penyempurnaan mekanisme serta sistem organisasi sebagai pengawal, pelestari sejalan dengan upayanya meluhurkan museum dan memuliakan kebudayaan.
Penataan keorganisasian tersebut terwujud dengan terus terbentuknya Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) di segenap daerah di seluruh Indonesia, di mana AMIDA merupakan forum komunikasi dan berbagi bagi pengelola dan pencinta museum di daerah. Keberadaan AMIDA diharapkan dapat memberikan semangat kebersamaan untuk bersinergi dengan pemerintah daerah guna mencapai tujuan memajukan permuseuman.
Selain itu, pimpinan AMI juga melakukan berbagai upaya guna menjalin sinergi antar museum-museum di daerah dengan pusat, salah satunya melalui muhibah budaya ke berbagai daerah. Selain menyapa para pengelola dan penyelenggara museum di daerah secara langsung, bertatap muka dengan anggota, juga bersilahturahmi dengan kepala-kepala daerah di seluruh Indonesia.
Pada audiensi dengan Wamenbud tersebut Ketua Umum AMI menyampaikan ucapan terima kasih atas perkenan Ibu Wamen untuk secara khusus mendengarkan dan mendapatkan pandangan dan masukan dari pimpinan AMI, juga memberikan laporan tentang kemajuan yang dicapai oleh AMI dalam menata dan mengkonsolidasi organisasi dan keanggotaanya. Walau dengan segala keterbatasan pendanaan yang mandiri serta belum utuhnya posisi AMI sebagai mitra pemerintah, bahwa AMI terus berjuang untuk memposisikan dirinya sebagai pengawal, pejuang dan jembatan aspirasi bagi museum dan permuseuman di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut pula, Bapak Rahmat Shah, selaku majelis kehormatan AMI, menyampaikan pentingnya memposisikan organisasi AMI ini secara strategis dan mandiri dalam upaya memajukan dan meningkatkan kemajuan museum dan permuseuman di seluruh indonesia. Bagaimana AMI mendapatkan pengakuan secara lebih khusus dan maksimal dari Kemendikbud khususnya Dirjen Kebudayaan untuk menjadi mitra pemerintah dalam memperjuangkan segala kepentingan dalam bidang kebudayaan dan permuseuman.
Majelis kehormatan AMI, Bapak Rahmat Shah, yang juga Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia, juga menekankan akan pentingnya peran AMI ke depan sebagai satu-satunya asosiasi dalam bidang permuseuman dan kebudayaan.
Dalam kesempatan yang baik tersebut pula, Dewan Pakar AMI, Bapak Nunus Supardi menekankan akan pentingnya suatu kementrian sebagai penaung museum dan kebudayaan yang telah termaktub dalam konstitusi NKRI pasal 32 ayat 1. Pertanyaan muncul tentang apa salah kebudayaan dengan selalu ditempelkannya kementrian baik dengan Pariwisata ataupun pendidikan, karena dipahami bahwa kementrian pendidikan dan kebudayaan telah memiliki tugas yang berat dan penuh dalam bidang pendidikan sehingga fokus kepada kebudayaan akan sangat minim bahkan sama sekali tidak tersedia waktu untuk mengawal dan mengaplikasikan membangun visi kebudayaan sekaligus mewujudkannya, sehingga beliau memberi masukan dan usulan untuk terbentuknya kementrian kebudayaan yang mandiri.
Pandangan AMIDA yang diwakili AMIDA DKI Jakarta (Paramita Jaya) dan AMIDA Jawa Timur, menekankan pada aspek bagaimana segala kebijakan dan program Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Dirjen Kebudayaan untuk lebih dapat memahami kebutuhan masing-masing museum yang memang dipahami dan diwakili oleh AMIDA-AMIDA tersebut.
Seperti diketahui AMIDA yang telah terbentuk adalah 7 daerah antara lain AMIDA Sumatera Utara, AMIDA Jawa Barat, AMIDA DKI Jakarta (Paramita Jaya), AMIDA Jawa Tengah, AMIDA DI Yogyakarta (Barahmus), AMIDA Jawa Timur dan AMIDA Bali (Himusba), dan daerah lainnya terus menyatukan diri membentuk AMIDA-AMIDA daerah lainnya. Suatu semangat yang baik dan utuh dengan penuh perjuangan dan kesadaran daerah daerah di Indonesia mengusulkan terbentuknya AMIDA, AMI pusat sangat menyambut baik prakarsa tersebut guna memahami lebih menyeluruh kebutuhahan 328 museum di seluruh Indonesia. Di sinilah peran AMI untuk menjadi jembatan dan pengawal aspirasi museum-museum didaerah agar segala kebijakan pemerintah pusat tersampaikan secara utuh, baik dan tepat kepada anggota AMI, bukan hanya menjadi kepentingan beberapa oknum dalam pemerintah pusat yang mengambil keuntungan dari kebijakan pusat ke daerah. AMIDA juga mengusulkan terbentuknya Sekretariat bersama AMI pusat dan daerah di Jakarta guna mewujudkan permuseuman yang maju dan tumbuh secara baik dan bermartabat.
Ibu Wiendu Nuryanti menyambut baik pandangan-pandangan serta masukan-masukan serta apresiasi yang diberikan kepada Wamenbud Kemendikbud dalam memperkuat organisasi AMI ke depan. Sambutan tersebut disampaikan dengan menyeluruh, dimana beliau selaku wakil menteri menghimbau segenap jajaran di bawah naungan beliau untuk lebih terbuka dalam mengawal segala anggaran untuk museum dan permuseuman, juga ditekankan agar penggunaan anggaran yang merupakan uang rakyat bukan uang direktorat agar bermanfaat untuk masyarakat dan memberdayakan segala elemen dan komponen masyarakat khususnya organisasi dan komunitas, agar segala aktivitas tecermin sebagai kegiatan masyarakat, bukan sekedar kegiatan direktorat yang justru menyaingi kegiatan yang tumbuh berkembang di masyarakat. Perkembangan ini ke depan juga akan memperkuat dan menghidupkan keberlangsungan kebudayaan di masyarakat sehingga masyarakat adalah subyek dari segala kegiatan kebudayaan dan permuseuman dan pemerintah hanya sebagai fasilitator segala kegiatan yang pada hakikatnya mengiplementasikan peran masyarakat yang lebih luas dan langsung didalam program-program kebudayaan.
Beliau menyampaikan pula bahwa segala kegiatan harus tumbuh dan berkembang di masyarakat, bukan direkayasa, dibuat hanya untuk penghabisan anggaran sebagai formalitas dari pengeluaran ataupun penyerapan anggaran. Juga beliau menekankan akan disiapkan ruang yang representatif dan mandiri di Museum Nasional untuk lebih memposisikan organisasi AMI agar mampu menyuarakan dan memperjuangan segala kemajuan dan perkembangan museum dan permuseuman di Indonesia.
Ruang UNESCO telah disiapkan di Museum Nasional secara khusus, dimana Museum Nasional dalam proses melakukan kontruksi besar dimana Ibu Wamen juga mengharuskan agar AMI juga dapat memdapatkan ruangan di museum nasional sebagai sekretariat bersamanya. Tentu hal ini haruslah dilaksanakan oleh khususnya kepala museum nasional sebagai perintah yang harus diimplementasikan untuk mempersiapkan ruangan yang representatif bagi AMI dan 328 museumnya diseluruh Indonesia.
Berbagai hal disampaikan oleh Ibu Wamen dalam gagasan memperkuat asosiasi yang mana sejalan dengan tujuan AMI untuk memposisikan organisasinya yang lebih jauh menjadi seperti organisasi dibidang olah raga yang tentu sudah maju yaitu KONI, KOI ataupun KADIN dalam bidang ekonomi. Tentu dibutuhkan suatu sinergitas bersama, Ibu wamen, jajaran pengurus AMI pusat dan daerah telah memiliki satu visi bersama yang utuh dan satu, tentu jajaran dibawah Ibu Wakil menteri harus mengiplementasikan segala keputusan yang telah dijelaskan panjang lebar bukan malah hanya mengabaikannya demi kepentingannya untuk menguasai anggaran dan menggunakan anggaran hanya berdasarkan kepentingan kedekatan ataupun kepentingan yang tidak mulia.
Audiensi ini memberikan pandangan yang utuh dan menyeluruh tentang gagasan besar AMI tentang keberadaan AMI dalam perannya memperjuangan segala kebutuhan anggota dari bawah sehingga AMI sebagai jembatan dapat mewujudkan, memperjuangkan dan menjembatani segala kebutuhan anggotanya secara lebih menyeluruh. Audiensi ditutup dengan foto bersama wakil menteri kebudayaan, Ibu Wiendu Nuryanti.