Opera Van Museum di TMII Meriahkan Hari Museum Indonesia
JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Museum Indonesia, Komunitas Jelajah mencoba membuat sebuah eksperimen untuk lebih mendekatkan museum kepada masyarakat. Operet van Museum adalah sebuah parodi di mana para pelakonnya merupakan insan permuseuman di tanah air.
Pada Operet van Museum yang pertama digelar Kamis (14/10) ini, pertunjukkan mengambil lokasi di Museum Indonesia Taman Mini Indonesia Indah. Dalam waktu yang bersamaan tengah dilaksanakan pameran museum yang diselenggarakan oleh Asosiasi Museum Indonesia Kawasan Taman Mini Indonesia Indah yang didukung oleh Asosiasi Museum Indonesia dan Paramitha Jaya.
Ketua Komunitas Jelajah sekaligus pengagas dan produser pagelaran, C. Musiana Yudhawasthi, menjelaskan, pagelaran seni budaya ini diharapkan menjadi tradisi di setiap perayaan Hari Museum Indonesia dan mampu menjadi jembatan interaksi budaya antara pengelola museum dan para pecinta museum. Bukan suatu kebetulan jika para pelakonnya adalah insan permuseuman. Acara yang minim dukungan sponsor ini merupakan salah satu bentuk dedikasi para pencinta museum agar museum semakin dekat dengan seluruh masyarakat.
"Acara ini merupakan kolaborasi antara pecinta museum dan pengelola museum yang dilandasi semangat gotong royong dan kekeluargaan," jelasnya kepada padangmedia.com melalui pers relisnya, Rabu (13/10).
Perempuan yang akrab disapa Ina itu menambahkan, pagelaran ini menjadi perhatian dan dukungan terhadap museum diharapkan menjadi semakin marak dan meluas. "Museum adalah jendela kebudayaan, melalui museum sebuah bangsa dapat merefleksikan dirinya. Ketahanan nasional bangsa Indonesia dapat diperkuat melalui peran aktif museum memaknai dirinya sebagai jendela kebudayaan," ujarnya.
Bertempat di pelataran Candi Bentar Museum Indonesia yang kental dengan nuansa Bali, pagelaran perdana ini mengambil cerita rakyat Bali, Jayaprana dan Layonsari. Sebuah kisah tragedi percintaan yang sengaja diakhiri dengan manis untuk menorehkankesan yang membahagiakan. Skenario pagelaran ditulis oleh salah satu sastrawan Indonesia, Yudhistira ANM Massardi serta mendapat dukungan penuh untuk tata musik dan busana dari sanggar kesenian Bali yang telah berdiri sejak tahun 1968, Sanggar Saraswati pimpinan Kompiang Raka.
Tidak kalah menariknya, jelasnya, Kepala Museum Harry Darsono berperan aktif sebagai sutradara pertunjukan berdurasi 60 menit ini. Meski hanya mampu berlatih usai jam kerja selama dua minggu, para kepala museum yang terlibat terlihat sangat antusias bahkan saling memberikan berbagai ide untuk menyegarkan dialog.
Adapun para kepala museum yang terlibat sebagai pelakon di antaranya, Putu Supadma Rudana Ketua Asosiasi Museum Indonesia, Sigit Gunardjo, Koordinator Museum Taman Mini Indonesia Indah, Luluk Sumiarso, Kepala Museum Tari Tradisonal Puspo Budoyo, Ika Prikasih Setyowati, Kepala Museum Prasasti DKI Jakarta, Fauna Sukma Prayoga, Kepala Museum Sepeda, Waluyono dari Asosiasi Museum Indonesia, M Husnaeni Alex dari Museum Kesejarahan Jakarta serta didukung oleh tiga wanita cantik dari Museum Harry Darsono, yaitu Astari Aslam, Lim Kyung Ae dan Martini Tamyong. Tidak ketinggalan dukungan pelakon diperoleh dari jajaran direksi TMII, Direktur Operasional TMII Ade F. Meyliala serta Irwan Riadi dari wayang orang Barata. (tumpak)
Sumber : padangmedia.com