
Museum Karst dan Budaya
Jl. Andi Mappe Km 54, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan 90651
Telp : 0410 – 22345
Faks : 0410 – 21004
Museum ini diresmikan pada 5 April 2005 oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Ir. Rachmat Witoelar, sebagai Museum Koleksi Karst dan Budaya. Diharapkan museum ini menjadi kawasan konservasi dan destinasi wisata unggulan masa depan yang spesifik di Indonesia. Museum Karst dan Budaya Kabupaten Pangkep diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pangkep.
Museum ini memiliki 116 koleksi yang terdiri atas foto, keris, baju adat & patung pajang, uang logam kuno, kopiah, kecapi, alat tenun, baju bodo, gendang, guci, mangkok, piring, dan payung.
Museum Kota Makassar
Jl. Balai Kota No. 11, Makassar
Telp. : (0411) 885105
Museum Kota Makassar didirikan atas ide yang dilontarkan oleh Drs. HB. Amiruddin Maula, S.H., Msi saat mengawali masa jabatannya sebagai walikota Makassar. Museum ini menempati gedung balaikota lama yang terletak di jantung kota Makassar. Gedung yang digunakan merupakan sebuah bangunan bersejarah yang didirikan pada masa kolonial Belanda pada 1916.
Museum kota Makassar yang diresmikan pada 7 Juni 2000 ini, hadir untuk melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai identitas dan sejarah kota Makassar serta budaya penduduk Makassar yang pluralistik melalui program berupa seminar, pameran, dan kesejarahan.
Koleksi museum ini di antaranya adalah peta bumi yang dibuat untuk kelancaran misi perdagangan dan politik di Indonesia pada masa silam. Peta merupakan sumber informasi yang berharga dari suatu daerah pada suatu masa. Dahulu Bangsa Eropa membuat peta berbagai daerah, khususnya yang dipandang penting dan strategis. Koleksi lain adalah relief potret Ratu Wilhelmina dan Yuliana, foto reproduksi naskah, foto-foto peristiwa serta bangunan bersejarah, peralatan sehari-hari, dan mata uang.
Museum La Pawawoi
Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 9, Watampone
Museum La Pawawoi menempati bangunan bekas Istana Andi Mappunyokki Raja Bone ke-32. Didirikan pada 5 Januari 1971 oleh Bupati Bone, H. Suaib. Nama museum ini diambil dari nama seorang Raja Bone ke-31 yang telah diakui sebagai pahlawan nasional, yaitu La Pawawoi Karaeng Sigeri. La Pawawoi yang lahir pada 1835 merupakan pahlawan Perang Bone I, II, III, dan IV melawan Belanda. Tanggal 14 Desember 1906 beliau ditawan dan diasingkan ke Bandung. Setelah beliau bertemu dengan Gubernur Jenderal Belanda, beliau mengucapkan ikrar tantangan yang berbunyi, “Biar tubuhku menghadap/ tertawan, hatiku pantang menyerah kepada kompeni”. Beliau wafat tanggal 17 Januari 1911.
Museum La Pawawoi memiliki koleksi kurang lebih 331 buah, berupa benda-benda peralatan dapur, pakaian adat, dan senjata. Selain itu terdapat pula koleksi keramik yang sebagian besar merupakan peralatan makan Raja-raja Bone. Di museum ini juga dipamerkan stempel kerajaan Bone dan miniatur perahu phinisi. Koleksi yang tidak kalah pentingnya adalah silsilah Kerajaan Bone dari awal hingga akhir.
Museum Balla Lompoa
Jl. K. H. Wahid Hasyim No. 39, Gowa, Sulawesi Selatan
Telp. : (0411) 867775
Museum yang letaknya di tengah kota Sangguminasa, didirikan pada tanggal 11 Desember 1973 dan merupakan upaya pelestarian budaya bangsa. Balla Lompoa berarti rumah besar atau istana bagi raja-raja Gowa. Bangunan museum ini dibangun pada tahun 1936 pada masa Raja Gowa XXV. Museum Balla Lompoa menempati areal seluas 766 m2 dengan luas bangunan kayu 1144 m2.
Museum ini memiliki berbagai jenis koleksi seperti koleksi sejarah, etnografi, numismatik, dan heraldik. Koleksi histori terdiri dari seperangkat alat-alat kerajaan seperti: (1) Salokoa, yaitu mahkota yang terbuat dari bahan emas murni. Salokoa merupakan wujud kebesaran Raja Gowa yang dipakai pada upacara pelantikan/ penobatan raja, (2) Ponto janga-jangaya, yaitu sebuah gelang tangan dari bahan emas berbentuk naga yang melingkar dengan dua kepala yang mulutnya terbuka, juga merupakan tanda kebesaran Raja Gowa. Gelang ini digunakan pada upacara pelantikan/ penobatan Raja Gowa, (3) Kolara, yaitu rantai emas panjang seberat 270 gram, merupakan tanda kebesaran Raja yang bernama I Tani Samang (yang tidak ada namanya).
Museum Buntu Kalando
Buntu Kalando, Sanggala, Tana Toraja
Telp. : (0421) 24640
Museum Buntu Kalando merupakan bekas istana dengan gaya bangunan berbentuk klasik tradisional. Di depan museum terdapat lima buah lumbung padi sebagai ciri istana/ rumah adat Toraja.
Museum Buntu Kalando didirikan dan diresmikan pada tanggal 29 Juli 1980. Pendirian museum ini adalah atas anjuran beberapa tokoh masyarakat agar beberapa benda-benda peninggalan budaya yang bernilai sejarah mempunyai wadah sebagai tempat pemeliharaan dan perawatan dalam rangka pelestarian budaya nasional. Fungsi lain dari museum ini adalah sebagai pusat pelayanan masyarakat adat.
Koleksi museum Buntu Kalando berjumlah 701 terdiri dari koleksi geografi, arkeologi, numismatik/ heraldik, keramik, dan seni rupa.
Museum Batara Guru
Jl. Andi Jemma, No. 1, Kelurahan Batu Pasi, Kecamatan Wara Utara, Kabupaten Luwu, Palopo
Telp. : (0471) 22496
Museum Batara Guru diresmikan pada tanggal 26 Juli 1971 oleh Bupati Luwu saat itu, Andi Achmad. Beliau adalah salah seorang ahli waris dari Raja Luwu. Tujuan didirikannya museum ini adalah untuk melestarikan warisan budaya Kerajaan Luwu agar dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Gedung museum Batara Guru yang didirikan pada tahun 1920 ini merupakan bekas IstanaRaja Luwu.
Museum Batara Guru mempunyai koleksi sebanyak 831 yang terdiri dari koleksi prasejarah, heraldik, keramik, etnografi, naskah, numismatik, dan foto.