Diperlukan Segera 'Political Will' dalam Pembangunan dan Pengembangan Museum di Indonesia
Hal ini disampaikan Ketum AMI di sela Penganugerahan Doktor Kehormatan bagi SBY di ITB.
Presiden Republik Indonesia yang Keenam, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono menerima Anugerah Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Senin, 25 Januari 2016 kemarin. Acara tersebut dilangsungkan di Aula Barat ITB dengan dihadiri segenap civitas akademika, tokoh negara serta penggiat budaya.
Dilansir dari Kantor Berita ANTARA, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni dan Komunikasi ITB, Dr. Miming Miharja, menyampaikan bahwa penganugerahan gelar doktor kehormatan kepada SBY tersebut merupakan bentuk penghargaan ITB atas kontribusinya dalam bidang ilmu pengetahuan dan perubahan cara berpikir ke arah pembangunan berkelanjutan.
"Kita tahu bahwa jasa-jasa dan kontribusi Pak SBY baik selama masa kepemimpinannya sebagai Presiden sampai sekarang masih bisa dirasakan. Walaupun sudah tidak Presiden RI tapi kiprahnya baik di dalam dan luar negeri masih banyak," ujarnya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut adalah Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana. Ia menyatakan bahwa sumbangsih gagasan, pemikiran dan kiprah nyata SBY telah menorehkan berbagai prestasi bangsa yang membanggakan. Lebih lanjut ia menegaskan, bahwa dalam kurun 10 tahun masa pemerintahannya, SBY bahkan telah meresmikan lebih dari 17 lembaga museum di seluruh Indonesia, di antaranya: Museum Kepresidenan di Bogor, Museum Mansinam Patung Jesus di Papua, Museum Bank Indonesia, Kawasan Pengasingan Bung Karno di Ende, dan sebagainya.
"Ini menunjukan pengabdian dan karya nyata Bapak Presiden Republik Indonesia yang Keenam terhadap kebudayaan Nusantara, suatu hal yang patut diapresiasi. Selain pendirian dan peresmian Museum, Bapak SBY juga telah meneguhkan komitmen merawat dan mengembangkan budaya bangsa, termasuk menggaungkannya ke dunia internasional melalui berbagai perhelatan," ujarnya seraya menanggapi bahwa penganugerahan Doktor Kehormatan ini adalah hal yang tepat.
Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia juga menyampaikan bahwa peran Presiden ataupun pemangku kepentingan lainnya di tingkat lembaga negara dalam upaya mengembangkan museum sangat penting dan strategis.
"Kita membutuhkan komitmen dan political will dari Negara dalam melindungi dan memfasilitasi usaha-usaha perawatan dan pengembangan museum yang berkelanjutan. Tanpa hal tersebut, niscaya setiap kalangan penggiat permuseuman akan berjalan sendiri-sendiri tanpa terkoordinasi, dan ini akan menimbulkan bias pemahaman atas visi museum atau kebudayaan secara luas. Kita semua semua tentu mengharapkan bahwa museum menjadi institusi terdepan dalam pelestarian budaya dan sejarah, sebagaimana juga impian untuk menjadikannya laboratorium kebudayaan di mana berbagai pihak dapat menuai nilai positif yang terkandung di dalamnya. Namun, niatan luhur ini tidak akan terwujud bila kita tidak memiliki pegangan legal yang mampu menata institusi permuseuman secara nasional sampai ke tingkatan paling dasar di daerah," paparnya seraya menambahkan bahwa hingga kini bahkan Indonesia belum memiliki Undang-undang yang menata permuseuman maupun kebudayaan.
"Karenanya, adalah hal yang mendesak untuk segera duduk bersama guna merancang dan mewujudkan Undang-undang Permuseuman. Ya, kita membutuhkan tata peraturan yang setingkat Undang-undang, bukan Peraturan Pemerintah atau Keputusan Presiden, agar segenap penggiat permuseuman dan masyarakat memperoleh asas kepastian serta kebersinambungan yang menyeluruh dalam menjaga makna kehadiran, visi dan usaha-usaha pembangunan permuseuman," ujar Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia.
Adapun selain dari ITB, gelar Doktor Kehormatan juga diterimanya dari berbagai universitas ternama di Indonesia maupun mancanegara, di antaranya:
1. Doktor honoris causa bidang Ilmu Hukum dari Webster University St Louis, AS, pada September 2005
2. Doktor honoris causa bidang Ilmu Politik dari Thammasat University, Bangkok, Thailand, Desember 2005
3. Doktor honoris causa bidang Pertanian dari Universitas Andalas, Padang, September 2006
4. Doktor honoris causa bidang Media dan Pemerintahan dari Keio University, Tokyo, November 2006
5. Doktor honoris causa dari Tsinghua University, Beijing, Maret 2012
6. Doktor honoris causa dari Universiti Utara Malaysia, Desember 2012
7. Doktor honoris causa bidang Kepemimpinan dan Pelayanan Publik dari Nanyang Technological University Singapura, April 2013
8. Doktor honoris causa bidang Hukum Perdamaian dari Universitas Syiah Kuala, Aceh, September 2013
9. Doktor honoris causa dari Universitas Ritsumeikan, Jepang, September 2014
10. Doktor honoris causa bidang Pendidikan dan Kebudayaan dari Universitas Soka, Jepang, 2014.
Sedangkan ketujuhbelas museum yang telah diresmikan oleh SBY selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia antara lain:
1. Museum Kepresidenan pada 18 Oktober 2014
2. Museum Hakka Indonesia pada 30 Agustus 2014
3. Museum Mansinam Patung Jesus di Papua
4. Museum Perang Dunia ke-2 di Morotai
5. Kawasan Pengasingan Bung Karno di Ende
6. Museum Pascapemugaran Candi Siwa Prambanan
7. Museum Klaster Sangiran
8. Museum Batik Kota Pekalongan pada tanggal 12 Juli 2006
9. Museum Nasional Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution pada 3 Desember 2008
10. Museum Tsunami Aceh pada tanggal 23 februari 2008
11. Museum Batak Balige, pada 18 Januari 2011
12. Museum Karst, Wonogiri pada tahu 2009
13. Museum POLRI Jakarta, 1 Juli 2009
14. Museum Paviliun 5 Akademi Militer (Akmil), Magelang pada 17 Oktober 2014
15. "Rahmat" Gallery, 3 November 2007 (perluasan)
16. Museum Bank Indonesia (2009)
17. Museum Kapal Samudraraksa (2005)