Catatan dari Pertemuan Nasional Museum (2)
MENARIK PENGUNJUNG, MENGGANDENG KOMUNITAS
Jakarta -Dari segi koleksi, Museum Konferensi Asia Afrika tak terlalu variatif. Di sana cuma ada deretan foto para tokoh dari negara-negara Asia dan Afrika, serta dokumen-dokumen. Tapi akhir tahun lalu museum itu meraih penghargaan karena konsep pelayanan publik yang berbasis pada keterlibatan publik (participatory public).
"Kami memang melibatkan banyak jejaring komunitas di kota Bandung maupun kota-kota lainnya," kata Dedy Mulyana Surya, pengelola Museum KAA, usai Pertemuan Nasional Museum Seluruh Indonesia, di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Jumat malam pekan lalu.
Selain itu, Dedy melanjutkan, pihaknya kerap menggelar event-event tertentu yang cukup unik. Misalnya saja pada akhir tahun lalu serangkaian kegiatan edukasi publik untuk mengenang Nelson Mandela. Kemasan acara tak cuma menampilkan pameran foto, tapi pemutaran dan diskusi film "Invictus" yang dibintangi Morgan Freeman. Selain itu ada juga menggelar Wisata Museum di Malam Hari.
"Pada pertengahan Februari lalu, Museum KAA menggelar Pekan Literasi Asia-Afrika," kata Dedy.
Selain bekerja sama dengan komunitas, menurut Yadi Mulyadi dari dari Museum Lovers Makassar, untuk membangkitkan ketertarikan pengunjung dengan sejarah pengelola museum harus terus menata dan mengembangkan penataan ruang yang lebih menarik. Ditambah, melengkapi dengan fasilitas video interaktif berisi informasi sejarah dan benda-benda yang dipamerkan, ruangan yang nyaman, pelayanan yang ramah, dan keamanan.
Museum bukan sekadar arena menikmati benda koleksi, tapi juga sarana menggelar kreasi, edukasi, informasi, rekreasi, kompetisi, inovasi. "Dalam konteks pembelajaran, adanya program atau kegiatan interaktif di museum jauh lebih efektif daripada sekadar datang dan mencatat," ujar Dedy yang juga dosen arkeologi Universitas Hasanudin.
Dilansir dari : detik.com