Yang Tak Bernama di Museum Sumpah Pemuda
Metrotvnews.com, Jakarta: Ada banyak patung yang dipamerkan di dalam Gedung Kramat 106, yang kini disebut sebagai Museum Sumpah Pemuda. Mereka, patung tak bernama, menjelaskan bagaimana suasana dan aktivitas pemuda kala itu.
Saat pengunjung di museum mendorong pintu berwarna hijau untuk masuk Museum Sumpah Pemuda, tiga patung telah menanti di tengah ruangan. Patung itu terlihat berdiskusi. Tumpukan buku tergeletak terbuka di atas meja. Salah satu dari mereka berdiri, bersikap seperti menyampaikan pendapat kepada dua rekannya di dalam diam.
Berjalan sedikit ke dalam, sebuah patung terlihat duduk santai di sebuah kursi kayu sembari mendengarkan radio yang terletak di meja. Entah siapa gerangan patung yang mendengarkan radio itu. Tak bernama, tak ada penjelasan.
Di bagian dalam museum, enam patung duduk berbaris. Pakaian mereka serba putih lengkap dengan peci yang melekat di kepala. Sama seperti patung sebelumnya, tak ada keterangan nama dari patung ini.
"Wah ini patung ini kita enggak tahu tokohnya siapa, ini cuma menjelaskan kegiatan saat itu," kata Pengelola Museum Dwi Nurdadi kepada Metrotvnews.com, di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (12/4/2015).
Ada tujuh patung di ruangan bagian dalam itu. Tak jauh dari enam patung itu sebuah patung yang sedang bermain biola berdiri. Patung ini merupakan sosok Wage Rudolf Supratman, si pencipta lagu Indonesia Raya.
Di salah satu ruangan lain, dua patung berdiri. Satu patung mengenakan setelan pakaian adat jawa, lengkap dengan sarung dan blangkon. Dia tampak sedang membaca koran.
Di dekatnya, berdiri sebuah patung dengan setelan kemeja dan dasi sedang memegang tas kulit berwarna coklat. Sama seperti kebanyakan patung di sana, tak ada keterangan siapa nama mereka.
"Memang enggak ada keterangan, itu tujuannya memperlihatkan bagaimana aktivitas dan pakaian yang dikenakan pemuda-pemuda zaman itu," jelas Dwi.
Gedung Kramat 106 ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal untuk mahasiswa STOVIA dan mahasiswa Kehakiman. Gedung ini dijadikan tempat tinggal, tempat diskusi politik, dan latihan kesenian Jawa oleh mahasiswa yang didominasi Jong Java itu.
Seiring berjalannya waktu, Gedung Kramat 106 ini tak lagi didominasi Jong Java. 1928, gedung ini menjadi tempat pertemuan pemuda nasional, 'Indonesische Clubgebow' (IC) dipilih sebagai nama tempat ini.
Di bagian belakang gedung ini dulunya tinggal beberapa tokoh pemuda seperti Mohamad Yamin, Amir Sjarifuddin, AK Gani, dan tokoh pahlawan lainnya.
20 Mei 1973 Mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan gedung 'Indonesische Clubgebow' (IC) sebagai museum. Sekitar satu tahun kemudian, Presiden Soeharto meresmikan museum ini sebagai Museum Sumpah Pemuda pada 30 Mei 1974. Kini, gedung bersejarah ini dikelola oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.