Obituari Tri Prastiyo:
Kepala Museum Kereta Api Ambarawa yang Bersahaja
Keluarga permuseuman Indonesia kembali kehilangan. Salah satu pejuang museum yang selama ini dikenal berdedikasi dalam mengelola Museum Kereta Api Ambarawa, Tri Prastiyo, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa pada April 2016.
Sosok yang dikenal bersahaja ini dikabarkan meninggal dunia akibat serangan jantung saat menghadiri pertemuan kepala stasiun seluruh Indonesia di Dieng, Jawa Tengah. Setelah dilarikan ke Rumah Sakit Banjarnegara, Beliau akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.
Selama kepemimpinan Beliau sebagai Kepala Museum Kereta Api Ambarawa, institusi ini terbilang intens berusaha mengembangkan dan memuliakan kebudayaan serta sejarah bangsa melalui serangkaian kegiatan dan program bermakna. Bahkan, kini Museum Kereta Api Ambarawa tengah giat-giatnya melakukan revitalisasi, dengan konsep tata letak dan tata ruang yang baru.
Museum Kereta Api Ambarawa merupakan ikon dari kota di Jawa Tengah ini. Didirikan pada 6 Oktober 1976, museum ini mulanya adalah Stasiun Kota Ambarawa. Museum ini memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen, serta B 5112 buatan Hannoversche Maschinenbau AG sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India.
Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik/Swiss Locomotive and Machine Works) di halaman museum. Koleksi-koleksi ini terus ditambah, di antaranya dengan datangnya Dua lokomotif dengan nomor seri DD5512 dan CC 200.15 pada akhir tahun 2015.
Ibarat kereta api yang sejenak singgah di suatu stasiun, demikianlah sebuah episode perjalanan hidup manusia. Wong urip mung sakderma mampir ngombe. Hidup hanya singgah sebentar di dunia fana untuk menjalani kehidupan abadi di alam akhirat kelak.